William Etty

William Etty (1787 – 1849) adalah seorang seniman Inggris terkemuka pada periode Romantis, yang terkenal karena lukisan sejarah dan telanjangnya yang kaya warna dan sangat detail. Lahir di York, Inggris, Etty memulai perjalanan artistiknya sebagai magang pencetak tetapi kemudian pindah ke London untuk belajar di Royal Academy Schools. Ia menunjukkan bakat luar biasa dalam melukis, khususnya dalam penggunaan warna, yang kemudian menjadi salah satu kekuatan khasnya. Karya awal Etty terinspirasi oleh para Old Masters yang ia kagumi, terutama Titian dan Rubens, yang pengaruhnya terlihat dari corak bercahaya dan komposisi dramatis yang menjadi ciri karya seninya. Kenaikan popularitasnya terjadi setelah kesuksesan "Kedatangan Cleopatra di Kilikia" (1821), yang menjamin terpilihnya dia sebagai Akademisi Kerajaan penuh. Pencapaian ini penting karena jarang sekali seniman yang mengkhususkan diri pada subjek sejarah dan telanjang mendapatkan pengakuan seperti itu pada era ini. Sepanjang karirnya, Etty menghasilkan banyak karya yang mengeksplorasi tema-tema mitologi, sastra, dan Alkitab, seringkali menampilkan sosok telanjang yang sensual dan terkadang kontroversial. Meskipun ada kritik atas anggapan tidak senonoh dari karya-karya ini, kehebatan teknisnya dan pesan moral yang tertanam dalam narasinya mendapat apresiasi yang luas. Contoh penting termasuk "Musidora" (1833) dan "Diana dan Actaeon" (1836). Sumbangannya terhadap potret juga signifikan, walaupun kurang terkenal dibandingkan lukisan sejarahnya. Etty melukis berbagai pengasuh, mulai dari kalangan atas hingga sesama seniman, selalu bertujuan untuk menangkap esensi mereka dengan kedalaman dan kepekaan. Meski mendapat reaksi keras atas sensualitas dalam karya seninya, Etty tetap mempertahankan komitmen terhadap prinsip akademis dan tradisi klasik. Ia percaya bahwa wujud manusia, jika digambarkan dengan bermartabat dan cantik, dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengajarkan pelajaran moral. Untuk lebih mengasah keahliannya, ia sering mengunjungi galeri dan pameran, membuat sketsa dan salinan mahakarya untuk dijadikan acuan dalam praktiknya. Di penghujung hidupnya, popularitas Etty agak menurun, namun ia terus mengajar dan mengadakan pameran secara rutin, memengaruhi generasi muda pelukis Inggris. Setelah kematiannya, warisannya telah ditinjau kembali, mengakui dia sebagai tokoh penting yang menjembatani kesenjangan antara tradisi Neoklasik dan gerakan Pra-Raphaelite yang sedang berkembang, memberikan kontribusi signifikan terhadap evolusi seni Inggris di abad ke-19.